BAB. I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Pada
masa pemerintahan Orde Baru, penyuluh lapang mempunyai prestasi yang cukup
gemilang. Kunjungan untuk latihan dan suvervisi (Lakususi) yang menerapkan
beberapa komponen teknologi. Walaupun masih penuh dengan kekurangan, system ini
sempat mengantarkan Indonesia sebagai negara yang berhasil mencapai swasembada
pangan. Sejalan dengan perkembangan, perhatian kepada penyuluh dan kegiatan
penyuluhan semakin menurun, puncaknya adalah era otonomi ketika penyuluh tidak
lagi punya program dan tugas yang pasti.
Pada
era otonomi, kondisi pertanian tidak lebih baik, begitu juga dengan
perkembangan penyuluh. Berbagai kebijakan dan beragamnya aturan yang disebabkan
oleh otonomi menyebabkan kegiatan penyuluhan semakin lemah dan sulit diharapkan
mampu mengangkat pertumbuhan sektor pertanian apalagi perkembangan perekonomian
masyarakat. suatu saat Negara kita akan mengalami masa stagnansi yang sangat
lama, sementara persaingan yang sejalan dengan era globalisasi semakin tajam.Sehingga
sistem perencanaan yang paling tepat untuk pembangunan pertanian adalah
perencanaan yang dimulai dari bawah (botton up planning). Metode ini
dapat menampung semua masalah, aspirasi, dan inspirasi masyarakat sesuai
kondisi, potensi dan lingkungannya.
Di masa mendatang, kegiatan penyuluhan
pertanian akan menghadapi tantangan-tantangan, terutama yang diakibatkan oleh
pertumbuhan populasi penduduk di tengah-tengah semakin sempitnya lahan
pertanian, sehingga usahatani harus semakin meng-khususkan diri serta
meningkatkan efisiensinya. Dalam perspektif pemerintah, apapun prioritas yang
akan ditempuh, kegiatan penyuluhan pertanian akan tetap menjadi kebijakan kunci
untuk mempromosikan kegiatan Pertanian Lestari, baik dalam kontek ekologi
maupun sosial-ekonomi ditengah-tengah sistem pemerintahan yang birokratis dan
semakin terbatas kemampuannya untuk membiayai kegiatan-kegiatan publik.
1.2.
Tujuan
a.
Terwujudnya
pengusaha, petani dan nelayan yang
mandiri dan efisien
b.
Terwujudnya
petani dan nelayan yang mampu melayani kebutuhan penyuluhan bagi petani nelayan
lainnya melalui kegiatan penyuluhan dari oleh dan untuk petani.
c.
Memperdayakan
masyarakat
d.
Penyuluh
, peneliti dan ahli agar ikut mensukseskan gerakan / program petani.
1.3.
Manfaat
Penyuluhan Partisipatif Masa Yang Akan Datang
a.
Membantu
membangun pemahaman, kemampuan, dan kekuatan petani dan kelembagaannya untuk
menggunakan dan bertanggung jawab dalam pembangunan pertanian.
b.
Tumbuhnya
kesadaran , keberanian, rasa percaya diri semangat dan etos kerja serta mampu
memotifasi dan rasa tanggung jawab agar mampu melaksanakan rencana – rencana
penyuluhan.
c.
Petani
atau kelompok tani memiliki sumberdaya untuk melakukan peranannya .
d.
Untuk
membangun kemampuan petani kelembagaannya melalui proses pembelajaraan
yangterus menerus serta berkelanjutan serta terjalinnya jejaring informasi yang berfungsi efektif.
e.
Untuk
mengembangkan masyarakat, penyuluhan berperan sebagai utusan atau wakil yang berkaitan
dengan interaksi pekerja pengembangan masyarakat melalui penggunaan media,
hubungan masyarakat, jaringan antara pekerja pengembangan masyarakat dan
pekerja yang relevan, dan berbagi pengalaman dan pengetahuan baik secara formal
maupun informal antara pekerja pengembangan masyarakat dan antara masyarakat.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Metode Penyuluhan Pertanian adalah cara penyampaian materi(isi pesan)
penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada
petani beserta anggota keluarganya baik secara langsung
maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakaninovasi
baru. Umumnya pesan terdiridari sejumlah simbol dan isi pesan
inilah yang memperoleh perlakuan. Bentukperlakuan tersebut memilih,
menata, menyederhanakan, menyajikan dll. Dilain pihak simbol dapat
diartikan kode-kode yang digunakan pada pesan. Simbol
yang mudah diamati dan paling banyak digunakan yaitu
bahasa. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh penyuluh pertnaian
atausumber unutk memilih serta menata isi pesan dan simbol
yang digunakan pada pesan dapat dikatakan teknik
penyuluhanpertanian. Dilain pihak kegiatanpenyuluhn pertanian
terlibat dalamproses belajar mengajar karenapenyuluhan termasuk dalam
sistem pendidikan non formal. Sesusi dengan tujuan , proses belajar
mengajar dalam penyuluhan pertanian menghendaki retensiyang tinggi atau
efek yang maksimal. Untuk memperoleh retensi yang tinggi setiap
audien memerlukan belajaryang berulang. Dengan demikian
teknikpenyuluhan pertanian dapatdidefinisikan sebagai keputusan
–keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluhdalam memilih serta
menata simbul dan isi pesan
menentukan pilihan cara dan frekuensipenyampaian pesan
serta menentukan bentuk penyajian pesan.
Yang
dimaksud dengan "penyuluhan berasaskan partisipatif" yaitu
penyelenggaraan penyuluhan yang melibatkan secara aktif pelaku utama dan pelaku
usaha dan penyuluh sejak perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
(UUSP3K). Metode penyuluhan pertanian partisipaif yaitu masyarakat berpartisipasi
secara interaktif, analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya
membawa kepada suatu rencana tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses
pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode
multidisiplin, dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal. Penyuluh partisipatif merupakan pendekatan penyuluhan dari
bawah ke atas (bottom up) untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar
dapat mandiri, yaitu kekuasaan dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji
desanya sehingga tergali potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan,
termasuk permasalahan yang ditemukan (Suwandi, 2006). Dengan pelatihan
metode penyuluhan pertanian partisipatif, para penyuluh pertanian akan
termotivasi untuk menggali keberadaan sumber informasi pertanian setempat yang
mudah diakses oleh yang memerlukan, baik penyuluh maupun petani. Pekerjaan
sehari-hari penyuluh pertanian menjadi bagian dan subyek pelatihan. Pelatihan
juga akan mendorong inisiatif positif para penyuluh pertanian dan petani,
melalui pendekatan partisipatif untuk mendapatkan solusi permasalahan usahatani
di lapangan (BBPP Lembang, 2009).
Dalam perspektif pemerintah, apapun
prioritas yang akan ditempuh, kegiatan penyuluhan pertanian akan tetap menjadi
kebijakan kunci untuk mempromosikan kegiatan Pertanian Lestari, baik dalam
kontek ekologi maupun sosial-ekonomi ditengah-tengah sistem pemerintahan yang
birokratis dan semakin terbatas kemampuannya untuk membiayai kegiatan-kegiatan
publik. Di lain pihak, kegiatan penyuluhan harus semakin bersifat
“partisipatip” yang diawali dengan analisis tentang keadaaan dan kebutuhan
masyarakat melalui kegiatan Penilaian Desa Partisipatip atau participatory
rural appraisal/PRA (Chambers, 1993). Meskipun demikian, kegi-atan penyuluhan
pertanian akan banyak didukung oleh kema-juan teknologi informasi.
Pengambilan keputusan partisipatif
adalah proses merumuskan dan menetapkan keputusan dengan melibatkan pertisipasi
masyarakat. Penerapan keputusan partispatif adalah proses mewujudkan seluruh
keputusan yang telah ditetapkan bersama kedalam tindakan nyata oleh seluruh
pihak yang terkait dan masyarakat.
Perencanaan pertisipatif adalah proses pembelajaraan masyarakat untuk mampu
membangun perilaku berencana dalam mengelola usahataninya dan dalam pengelola
pengembangan kawasan agropolitan. Pengorganisasian partisipatif adalah proses
pembelajaran masyarakat untuk membangun dan mengembangkan kemampuan masyarakat
dalam mengatur kegiatan perencanaan yang dilaksanakan oleh mereka sendiri.
BAB III. PEMBAHASAN
3.1.
Arah Pengembangan Penyuluhan Partisipatif.
Penyelenggaraan penyuluhan
pertanian di masa depan harus dapat mendorong peran serta aktif petani, pelaku
agribisnis lainnya dan masyarakat umum atas dasar kemitraan. Hal ini sesuai
dengan paradigma baru yang menekankan berkembangnya prakarsa dan kreativitas
masyarakat sesuai dengan semangat Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat akan lebih berfungsi sebagai regulator,
fasilitator dan katalisator pembangunan. Dengan demikian penyuluhan pertanian
dalam pembangunan sistem dan
usaha agribisnis dapat menjadi gerakan masyarakat di daerah, guna
meningkatkan daya saing dan
pendapatan masyarakat, yang pada gilirannya dapat meningkatkan
kesejahteraannya.
Arah
pengembangan penyuluhan partisipatif diharapkan mampu membuat terobosan baru
dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian kedepan sehingga para penyuluh mampu mengidentifikasi masalah yang
ada di lapangan sesuai kebutuhan petani. Disamping itu juga arah
pengembangan penyuluhan di masa yang
akan datang diharapkan peran penyuluh guna mendukung arah pembangunan
partisipatif pertanian, disamping itu juga penyuluh mampu menggunakan metode –
metode yang lebih pas serta menjalin kerja sama antara petani, kelompok tani,
gapoktan, para peneliti serta pihak – pihak lain guna mensukseskan penyuluhan
pertanian dimasa yang akan datang . Untuk itu arah pengembangan penyuluhan
partisipatif di masa depan perlu di susun antara lain :
ARAH PENGEMBANGAN PENYULUHAN
PERTANIAN
UNSUR
|
YANG LALU DAN SAAT INI
|
MASA DEPAN
|
1.Peran penyuluh
2.Kedudukan petani
3.Pembiayaan
4.Program
Penyuluhan
5.Materi Penyuluhan
6. Metode
belajar
7.MANAJEMEN
8.PENDEKATAN
9.MODEL
10.MAKSUD
11.STRATEGI
12.SUMBER
INFORMASI
|
Mengajar
Peran penyuluh masa lalu
sebagai pengajar, artinya Penyuluh lebih ditempatkan sebagai agen pemerintah
yg harus menjalankan tugas sebagai penyalur program pemerintah.
Penerima pesan
dan pengguna teknologi
petani dipandang sbg obyek program pemerintah
melalui agennya (penyuluh) dan menganggap petani adlh sekelompok sasaran yg
belum tahu apapun dan harus diberi tahu serta obyek yg harus
menjalankanapapun yg telah di programkan olehpemerintah.
Pemerintah
Pusat dan Daerah
Ø Pembiayaan penyuluhan di
biayai oleh pemerintah pusat dan daerah contohnya adany proyek dari dinas SL-PTT, SL
dan lain –lain
Berorientasi
Sektoral
Kegiatanpenyuluhandilaksanakanolehsemualiniperkebunan,perikanan,
pertaniandankelautan
Paket
Tekhnologi Rekomendasi, Pemerintah
Program-program kegiatan penyuluhan
yang akan dilaksanakan dari mulai persiapan perencanaan .pelaksanaan dan evaluasi
yang telah ditentukan
oleh pusat misalnya kegiatan program bantuan proyek tidak berdasarkan tingkat
kebutuhan petani/masalah petani
Kuliah
Demonstrasi
Proses
belajar melaui pelatihan petani, kursus tani, SL-PTT, SL-PHT, petani mau melaksanakan/memperagakan
kegiatan yang telah diperoleh dengan demonstrasi cara.
SENTRALISASI
Ø Di
mana seluruh keputusan dan kebijakan di daerah dihasilkan oleh orang-orang
yang berada di pemerintah pusat, sehingga waktu yang diperlukan untuk
memutuskan sesuatu akan menjadi lama dan pemerintah pusat tidak harus
melakukan kegiatan pada permasalahan
yang timbul akibat perbedaan pengambilan keputusan, karena seluruh keputusan
dan kebijakan dikoordinir oleh pemerintah pusat.
TOP
DWON
Ø Top down, Kurang mendahulukan kebutuhan petani.
Pendekatan top down (dari atas ke bawah) dalam
penetapan dan pengimplementasian program, adalah tidak efektif. Yang
dimaksudkan dengan pendekatan top down adalah suatu pendekatan di mana
pemerintah sendiri yang menentukan, merencanakan dan mengendalikan program,
sedangkan masyarakat sasaran hanya sebagai obyek yang menerima program, bukan
sebagai subyek yang mengelola program. Anehnya, kendatipun pemerintah
mengalami kegagalan yang berulang-ulang, tetapi toh pendekatan top down
sampai sekarang ini masih saja tetap digunakan. Dari kegagalan yang ada
timbul kesan bahwa pembangunan yang dilaksanakan selama ini hanya sekadar
rutinitas, atau hanya sekadar proyek.
PETANI
TERAKHIR
Di
masa lalu kepentingan petani selalu dikalahkan oleh kepentingan nasional,
yang berakhir dengan kurang diperhatikannya kepentingan petani. Menjadikan
petani sebagai ”tumbal” pembangunan nasional itu perlu dihentikan.
Eksploitasi petani sebagai fihak yang lemah untuk kepentingan fihak lain
harus dihentikan antara lain dengan memberdayakan mereka menjadi fihak yang
lebih kuat.
ALIH TEKNOLOGIdan LINEAR/SEARAH
Ø Dalam
perkembangannya penyuluhan tidak sekadar diartikan sebagai kegiatan
penerangan, yang bersifat searah (one way) dan pasif. Tetapi, penyuluhan
adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang
disuluh agar terbangun proses perubahan “perilaku” (behaviour) yang merupakan
perwujudan dari: pengetahuan, sikap, dan ketrampilan seseorang yang dapat
diamati oleh orang/pihak lain, baik secara langsung berupa: (ucapan,
tindakan, bahasa-tubuh ) maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau
hasil kerjanya).
PENYAMPAIAN
REKOMENDASI
Ø Kegiatan
penyuluhan pertanian pada masa lalu hanya sekedar memberikan atau
menyampaikan informasi tentang peningkatan usaha tani belaka.
ADOPSI LINEAR
model komunikasi yang biasa digunakan para penyuluh
pada masa lalu tidak bersifat garis
lurus (linear), Karena proses komunikasi
hanya terhenti setelah informasi disampaikan dan diterima oleh
petani. setelah petani menerima
informasi yang diberikan penyuluh, petani tidak memberi tanggapan kepada
penyuluh.
UMUM
DAN SERAGAM
Ø Di masa
lalu progam penyuluhan pertanian dan penyelenggaraannya cenderung umum , sama
atau seragam di semua daerah di Indonesia. Kenyataannya tingkat keberhasilan
program-program itu beragam. Strategi, pola dan pendekatan penyuluhan
pertanian seharusnya berbeda untuk wilayah-wilayah yang berbeda tingkat
kemajuan pertaniannya dan petaninya.
LEMBAGA
PENELITIAN
Lembaga penelitian yang dulu hanya berpusat pada satu
lembaga saja dan tidak ada lembaga yang lainnya
|
- Memandu
- Belajar
Peran penyuluh masa depan
sebagai pemandu dan belajar, artinya : penyuluh tidak sekedar menyampaikan
materi dari program pemerintah, akan tetapi juga mengawal dalam pelaksanaanya
dan dengan semakin berkembangnya teknologi maka penyuluh juga dituntut untuk
membekali diri guna menjawab tantangan-tantangan yg akan dihadapi dari
berbagai segi.
Mitra yg aktif
dlm penyuluhan dan pengkajian teknologi
dalam sistem penyuluhan dgn
paradigma baru ini menempatkan petani / kelompok sasaran sbg mitra dan
menganggap mereka sbg kelompok manusia dewasa gn memiliki berbagai bekal
pengalaman. Oleh karena itu kedudukan penyuluh dan petaniadalah sama, yaitu sebagai agen
pambangunan yangg saling melengkapi.
Selain
Pemerintah juga sektor swasta, LSM, petani, Lembaga pendidikan
Kegiatan
penyuluhan dimulai dari kebutuhan petani dengan melakukan perencanaan penyuluhan
oleh petani sampai pelaksanaan
Prinsip-prinsip metode informasi
Ø
Kegiatanpenyuluhan
yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan berorientasi pada
permintaan pasar dan dilaksanakan dari persiapan sampai evaluasi program
Prinsip-prinsip metode informasi
Ø
Kegiatan
penyuluhan yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan berorientasi
pada permintaan pasar
Ø
Program
kegiatan penyuluhan pertanian ditentukan oleh petani baik dari perencanaan sampai
evaluasi disesuaikan dengan yang berorientasi pada pasar.
Belajar melalui
pengalaman dan penemuan
Petani
telah aktif mencari , yang telah menemukan pengalaman-pengalaman baru.
DESENTRALISASI
Ø
Pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan
kebijakan kepada orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu
struktur organisasi.
Ø
Kelebihan sistem pemerintahan yang terbaru tidak lagi
banyak menerapkan sistem sentralisasi, melainkan sistem otonomi daerah atau
otda yang memberikan sebagian wewenang yang tadinya harus diputuskan pada
pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat pemerintah daerah atau
pemda.
Ø
sistem ini adalah sebagian besar keputusan dan
kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya
campur tangan dari pemerintahan di pusat.Kekurangan dari sistem
desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang
berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkat kepentingan golongan
dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum.
Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat
pusat.
BOTOM UP
Ø
Bottom up,
Kebutuhan petani didahulukan
Ø Kita harus
menggunakan pola pendekatan pembangunan yang bersifat bottom up (dari bawah
ke atas), dimana masyarakat sendiri yang mengelola program pembangunan,
sedangkan pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator, sumber biaya, dan
sumber inovasi yang dibutuhkan dalam pengimplementasian program. Kalau
masyarakat sendiri yang menetapkan program, beberapa hal positif pasti akan
terjadi yaitu : program yang ditetapkan jelas akan sesuai dengan tingkat
kebutuhan masyarakat dan masyarakat akan merasa memiliki terhadap program
yang ditetapkan
sesuai dengan tingkat kebutuhan yang dirasakan, maka
motivasi masyarakat untuk menyukseskan program pasti akan meningkat.
Pemerintah harus berani menggunakan pendekatan bottom up karena dengan
pola pendekatan botom up dapat menetapkan program yang sesuai dengan
kebutuhan petani.
PETANI DIDAHULUKAN
Penyuluhan pertanian di masa depan harus jelas-jelas
berfihak kepada petani, Kepentingan petani itu sederhana saja yaitu
mendapatkan imbalan yang wajar dan adil dari jerih payah dan pengorbanan
lainnya dalam berusaha tani, dan mendapatkan kesempatan untuk memberdayakan
dirinya sehingga mampu me-nyejajarkan dirinya dengan unsur masyarakat
lainnya. Dengan demikian kepentingan petani dalam setiap kelompok harus
didahulukan. Konsekuensinya bahwa penyuluh pertanian harus benar-benar mampu
mengidentifikasi kepentingan petani dan menuangkannya dalam program-program
penyuluhan melalui kerjasama sejati dengan para petani.
TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
ØBeragamnya
kondisi sumberdaya alam dan ekosistem di negara ini menuntut adanya
teknologi-teknologi yang didasari oleh hasil pengkajian lokal sebagai sarana
untuk pembangunan pertanian. Hasil-hasil pengkajian lokal itulah yang akan
dijadikan dasar pengembangan materi penyuluhan. Pengkajian lokal itu sendiri
haruslah memiliki kaitan dengan kebutuhan dan harapan petani lokal, sehingga
pengkajian itu sendiri sejak awal memang dimaksudkan untuk melayani kebutuhan
dan harapan petani. Bila hal ini dapat diselenggarakan dengan semestinya
dapatlah diharapkan BPTP akan benar-benar berfungsi me-madukan peneliti dan
penyuluh, dan bahkan para petanipun akan merasa ikut memiliki dan
berkepentingan dengan BPTP. Kondisi semacam itu harus di-jadikan salah satu
tujuan dibangunnya BPTP.
INTERAKTIF
Ø Model
pembangunan pertanian yang dinilai layak dikembangkan tersebut adalah model
komunikasi interaktif yang menghasilkan keseimbangan dalam perspektif teori
pertukaran (exchange theory) melalui jalur kelembagaan yang mapan
didukung oleh bentuk-bentuk komunikasi yang efektif baik vertikal maupun
horizontal dalam sistem sosial pertanian. “Dalam model ini harus
melibatkan tokoh-tokoh lokal untuk mempercepat program, tidak hanya badan
penelitian dan Dinas Pertanian. Melibatkan mereka dalam proses pengambilan
putusan, pelaksanaan sampai evaluasi.
PETANI
AHLI MEMILIH ALTERNATIF
Petani selaku pengelola dalam usahatani sangat
memrlukan keterampilan dan kecerdasan otak untuk memilih berbagai alternatif pengambilan
keputusan seperti menentukan jenis tanaman yang diusahakan. Keterampilan
petani sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran atau otak, kesediaan untuk
mengambil keputusan, melaksankan keputusan dan bertanggung jawab atas
keputusannya.
BERORIENTASI SUMBERDAYA,SISTEM SOSIAL BUDAYA LOKAL
Ø Sektor
pertanian yang berperan penting dalam pembangunan nasional memerlukan
sumberdaya manusia yang berkualitas, andal, serta berkemampuan manajerial,
kewirausahaan dalam melaksanakan usahanya. Penyuluhan pertanian mempunyai
kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan pertanian, khususnya dalam
pengembangan kualitas pelaku utama dan pelaku usaha
BERORIENTASI GENDER
Ø gender = perempuan maksudnya
kedudukan pria-wanita itu “berbeda tetapi setara.Kedepan kita
mengharapkan suatu penyuluhan yang
berorientasi pada upaya memberdayakan kaum perempuan dan sekaligus
menjembatani kesenjangan gender yang ada di banyak bidang. Sebagai contoh,
dengan fakta bahwa kaum perempuan juga terlibat dalam bidang pertanian, maka
seorang penyuluh pertanian hendaknya juga memiliki komitmen untuk ikut
memberdayakan petani perempuan.
PETANI
Ø Petani memlilik
kemampuan yang cukup,berkepentingan bagi dirinya kolettif dan kreatif
terhadap pengembangan teknologi setempat.Tantangan-tantangan pengembangan
saat ini memerlukan dukungan dalam mengembangkan kemampuan dengan cara
eefisien mungkin dan membantu petani dalam memanfaatkan secara lebih
pengetahuan ttg lingkungan dan masalah-masalah serta peluang yang memperkuat
kemampuan uji coba dan kreatif untuk menghubungkan solusi dan secara efektif
dengan ilmu pertanian
SEKTOR SWASTA
Ø Sektor swasta
akan berpengaruh pada produksi
pertanian sehingga peningkatan
pendapatan petani; dari produksi utama pertanian di daerah
pedesaaan; dari tenaga kerja teknologi intensif kepada teknologi kapital
intensif; dari subsitusi impor kepada ekspor pertanian; dari dominsi peranan
pemerintah dalam kegiatan pembangunan ekonomi kepada partisipasi yang lebih
besar oleh sektor swasta. Langkah untuk revitalisasi usaha tani kecil
dilakukan dengan mengenalkan pendekatan agribisnis kepada sistem pertanian
berdasarkan komoditi. Pendekatan adalah untuk mengidentifikasi komoditi utama
atau produksi berdasaarkan keinginan pasar dan koordinasi kelompok dari
petani tetangga dan membuat dalam kelompok yang menyadari skala ekonomi
LEMBAGA PENDIDIKAN
Ø Penyuluhan
sebagai proses suatu lembaga
pendidikan atau pembelajaran yang merupakan sumber informasi dan memiliki
nilai-nilai dan landasan idiilyang dikenal sebagai falsafah penyuluhan
nilai-nilai yang mendasari program atau tujuan tertentu dan digunakan sebagai
falsafah penyuluhan: Ing ngarso sung tulodo, Ing Madyo mbangun karso, Tut
Wuri Handayani, penyuluh bila berada di depan petani harus memberi
contoh/ teladan, apabila berada ditengah-tengah petani harus memberikan
inisiatif dan semangat untuk berkarya, dan apabila berada dibelakang petani
harus tetap mengamati/ mengiringi untuk memperbaiki apabila ada kesalahan.
LEMBAGA PENELITIAN
Lembaga-2, penyuluhan dan
penelitian pertanian harus ditata menjadi komponen-komponen dari satu sistem yang fungsi utamanya
adalah memberdayakan petaniuntuk membangun pertanian secara berkelanjutan. Selain itu agar kerjanya professional lembaga-lembaga penyuluhan pertanian itu perlu berakar pada lembaga-lembaga penelitian pertanian
yang benar-benar baik
|
3.2.
Persiapan, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi Penyuluhan Pertanian.
3.2.1. Persiapan
- Persiapan
kegiatan penyuluhan didesa dimulai dari pembentukan dan penetapan FET
(Farmer Enpowerment Trainer) atau Kelompok Penyuluh Swadaya
- Sosialisasi
penyuluhan swadaya yang ditunjuk, disosialisasikan kepada kelompok tani
- Pembentukan
UPGK (Unit Pelaksana Gabungan Kelompok ) tani/ wadah belajar petani
- Pemilihan petani pemandu
- Penyusunan
pedoman dibuat sebagai gambaran dan
arah kerja penyuluh swadaya dalam
menyusun rencana kegiatan di desa (Kerangka Berfikir).
- Pelatihan
Pengurus UPGK
3.2.2. Perencanaan
- Perencanaan
kegiatan penyuluhan di desa dimulai dengan pelaksanaan methode PRA
dilakukan sebelum bulan September tahun berjalan.
- Dari
hasil PRA tersebut, petani menyusun rencana usaha keluarga (RUK) kemudian
dikumpulkan dalam Rencana Kebutuhan Kelompok (RKK) Kumpulan RKK
digabungkan menjadi Rencana Kerja Desa (RKD) yang dijadikan bahan Rencana
Kegiatan Penyuluhan Desa (RKPD)
- BAK
FMA, pengelolaan penyuluhan oleh petani sendiri secara swadaya
- Rencana
sosialisai FET, memfasilitasi baik dari pembiayaan dan penyuluhan oleh
petani
- Pembuatann
rencana MONEV.
3.2.3.
Pelaksanaan
- Penarikan
dan penggunaan dana melaksanakan penarikan dan penggunaan dana sesuai
dengan rencana untuk pelaksanaan penyuluhan dan penggunaan uang.
- Pelatihan
petani, dari dana yang didapat laksanakan pelatihan petani sesuai dengan
kebutuhan petani dan kelompoknya.
- Dengan
methode dan media seperti Temu teknologi, studi petani, sekolah lapang dan
media lainnya dilakukan penyuluhan.
3.2.4. Evaluasi
Penyuluhan Pertanian
- Supervisi
dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan, yang sedang berjalan sesuai rencana monev.
- Pengumpulan
data pelatihan dan hasil dari methode yang dilaksanakan baik menggunakan
methode ataupun media penyuluhan
- Analisis
data kemudian data yang diperoleh
dianalisis untuk dapat disimpulkan mengenai keberhasilan
penyuluhan.
- Pengkajian
dampak pelaksanaan pengkajian untuk
menentukan hasil evaluasi penyuluhan yang sudah diberikan oleh tim pemandu
atau kelompok penyuluh swadaya untuk ditetapkan sejauh mana keberhasilan
petani menerapkan teknologi inovasi yang diberikan penyuluh
3.3. Tujuh Tingkatan Kematangan
Partisipatif
Proses Tujuh
Tingkatan Kematangan Partisipatif antara lain :
1.
Partisipasi Pasif Manipulatif Karakteristiknya :
Ø Masyarakat berpartisipasi dengan diberi tahu dahulu
Ø Pemberitahuan sepihak oleh penyuluh tanpa memperhatikan tanggapan petani
Ø Informasi yang dibawakan penyuluh tidak sesuai dengan kebutuhan patani.
2.
Partisipasi dengan cara memberikan informasi
Bentuknya seperti
:
a.
Petani mau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan
pertani,dalam bentuk kuisioner atau sejenisnya
b.
Petani tidak dilibatkan dalam penyelesaian kegiatan
penyuluhan
c.
Hasil akhir kegiatan penyuluhan tidak dibahas lagi dengan
petani
3.
Partisipasi Melalui
Konsultasi
Bentuknya seperti :
a.
Petani
berpartisipasi dengan cara mau berkonsultasi kepada penyuluh pertanian
b.
Petani
memaparkan kemudian mengartikan permasalahan, memecahkannya, dengan memadukan pendapat-pendapat petani.
c.
Penyuluh
tidak mempunyai kewajiban untuk
menindaklanjuti pandangan petani.
d.
Petani
mengajukan pendapat / masukan kepada penyuluh
4.
Partisipasi
untuk Intensif Material
Bentuk
Partisipasinya antara lain :
a.
Petani mau menyumbangkan tenaga/fasilitas untuk
kegiatan penyuluhan di desanya
b.
Petani tidak mempunyai andil untuk melanjutkan kegiatan
pada saat kegiatan penyuluhan melebihi batas waktu ia mampu memberi bantuan
material.
5.
Partisipasi Fungsional
Bentuk Partisipasinya antara lain
:
a.
Petani membentuk kelompok
sesuai dengan keputusan yang mereka sepakati
b.
Kelompok yang mulanya ketergantungan
pada pihak luar (fasilitator) semakin kedepan semakin mandiri
c.
Petani berpartisipasi dengan
membentuk kelompok untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan
proyek
6.
Partisipasi Interaktif
Bentuk partisipasinya seperti :
a.
Petani berpartisi[asi dalam perencanaan
pembangunan desa dengan cara memberdayakan potensi – potensi desa melalui PRA
b.
Melibatkan banyak pihak dengan
proses kegiatan yang terancam dan sistematik yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu
c.
Kelompok tani berperan sebagai
kontrol dalam kegiatan penyuluhan di desa tersebut,
7.
Partisipasi Mandiri
Bentuk
Partisipasinya yaitu :
a.
Petani berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan secara
bebas,tanpa pengaruh pihak luar.
b.
Petani dapat mengembangkan kemampuan / keterampilan
melalui pelatihan ,sl,study banding,kaji terap,dll
c.
Petani mampu mengembangkan ide dan gagasan baru
berdasarkan pengalaman yang didapat dari kegiatan sehari-hari dan dari
pelatihan-pelatihan yang diikuti.
Petani memegang kendali tentang pemanfaatan sumber daya / potensi yang ada di daerahnya
KESIMPULAN
Dengan adanya
gerakan aspek penyuluhan pertanian partisipatif di masa yang akan datang
diharapkan terwujudnya pengusaha, petani dan nelayan yang mandiri dan efisien serta mendukung terwujudnya petani dan nelayan yang mampu
melayani kebutuhan penyuluhan bagi petani nelayan lainnya melalui kegiatan
penyuluhan dari oleh dan untuk petani sehingga mampu memperdayakan masyarakat serta diharapkan para penyuluh , peneliti dan
ahli agar ikut mensukseskan gerakan / program petani sehingga petani dan
keluarganya sejahtera serta pertanian dimasa yang akan datang lebih maju serta
siap untuk bersaing dalam menghasilkan produktifitas.
DAFTAR
PUSTAKA
penyuluhpi.blogspot.com/.../pengertian-tujuan-dan-prinsip-metode.html –
bppmenlu.blogspot.com/.../pemilihan-metode-penyuluhan-pertanian.html –
paknewulan.wordpress.com/.../14/teknik-penyusunan-programa-penyuluhan
pustaka.unpad.ac.id/.../uploads/2011/02/penyuluhan_pertanian.pdf